Selasa, 26 April 2011

Sebatang pun jadilah...

Terlalu Pagi
grimis...
Melatari nuansa sendu..
Menanti Lazuardi
semburat dari timur..
...Di ruang2 hampa temuimu pada keluh yg melelahkan..
Bilakah esok bawa mentari pd sungging senyummu..

(pagi ini samar suara orang mengaji dari suro)
Lihat Selengkapnya
01 April jam 3:26 melalui Web Seluler · Hanya Teman · ·
    • Win Sam hujan makin lebat..secangkir kopi dan sebatang rokok pun makin nikmat...
      01 April jam 6:36 ·
    • Aloeth Pathi II Yups.. sbatang Dji Sam Soe pun bisa liat pucuk monas dari gubuk sawah yow mas brow wkwkwk... Hisaap..Mengepul.. puul.. Puul lihat kmilau emasnya dan qta bergumam "apa kabar Jakarta hari ini...?"
      01 April jam 10:57 ·

PELAGU SUNYI AKU RINDU PADAMU By Aloeth Pathi

Di atas awan yang putih
Ruh-Ruh itu mainkan Ochestra langit
Dewi Calloop petik Harpa
Kecapi cinta para Dewa
Sang Putra Orpheus mainkan Lyra pikat hati Eurydice
Seruling Daud Berzikir bersama tarian Rumi
nyanyian Gregrorian dari Gereja Santnrini
do'a dari Gumam suci di Pure
hentakan tarian anak alam di pedalaman..
Sementara sang Pelagu Sunyi singgah sebentar...
Dan,. berlalu mencari sekeping hati yang tercecer pada teriakan-teriakan dan pekik Revolusi
Asap Mesiu
Runcing Mata Panah
Gendewa tlah siap membidik...
Pelagu sunyi belum mau mati...
Ia ingin menjadi sayap-sayap putih Sang Merpati
(buat mereka yg sembunyi atau malu bernyanyi)
Skj, 1 Nov 2009
MELEMPAR BATU DI RUMAH KACA
· · Bagikan · Hapus

    • Devi Hadi Andriani Co0l. .
      01 November 2009 jam 16:40 ·
    • Pangeran Jingga Wangi Cicak-Buaya-Godzila adlh sama2 jnis Malata...
      Sknario akbar... Sbg alih prsoalan... Antasari, Bank Century dll.. Alaah tu prsoalan2 yg sring brulang2 di negeri ini Tpi asyik jga lho.. liat Snetron Reality..Kjar tyang.. Whahaha
      04 November 2009 jam 6:27 ·
    • Putri Fajarahny Sdih rasanya 3 pndkar (three muskter) trluka karena pdangnya sendiri.. Atau saling tusuk-menusuk
      06 November 2009 jam 13:31 ·
    • LinggaBrata Wastunirwenda
      Dalam perjumpaan, jelas harus pulang.
      Kusambangi jiwa2 tenang berpesan kembalilah.
      Apa yg terjadi? Orang suci bermuka banci
      para satria berhati dua
      brahmana tinggal nama
      sudrapun menggila!
      Biarlah aku sendiri menyayikan kidung sengau di gubuk tua
      biarlah ku berjalan menanti masa bersama angsa jinga melintas samudra.
      Menyendiri dalam penantian sampai waktunya datang.
      12 November 2009 jam 8:31 ·
    • Abah Yoyok wahai sang Pelagu sunyi
      jangan pernah berhenti menyanyi
      sebelum usai tangis ibu pertiwi
      ...
      12 November 2009 jam 11:00 ·
    • Bambang Budiono karya orang yg kaya revren memang selau lebh indah dan mendalam. trimakash pak bisa baca karya hebt.
      22 Maret 2010 jam 18:54 melalui Facebook Seluler ·

SINGGASANA BAYU By Aloeth Pathi

Pengembala menggiring domba-domba ke tanah lapang sambil bersenandung lagukan irama alam
kadang nyaring melengking terkadang merendah mengikuti hembusan angin, terkadang pelan dan terkadang kencang menantang.
Angin berhembus keluar dari rongga hidungnya, angan dibiarkan liar menjilat-jilat ruang dan waktu, melambungkan nuansa-nuansa dari pijaran api
lepas begitu saja tanpa ikatan..
"hampir saja aku menabrak mimpimu,kenapa tidak kau kurung mimpimu? Biar aku bebas melayang melintas segala yang aku suka"
Si Gembala menari ditengah domba-dombanya dengan ceramah yang sulit di cerca apalagi untuk dicerna..Karena perutnya semakin melilit akibat memakan yg bukan haknya...
"Ceroboh kau Bayu, kau taruh mimpimu di sembarang tempat, membuat aku-ku .. tak mampu bergerak lagi"
Jangan Bayu.. jangan..Jangan... Berjongkok lagi disudut ruang.. Jantung berdenyut begitu cepat
hembusan nafasnya tak berirama lagi,
angin berliuk-liuk,berputar-putar menyodok kekiri-kekanan kemudian naik ke atas dan menukik seperti paruh Rajawali moncongnya menganga seolah akan menelan mentah2 si gembala
jarak sejengkal angin berhenti dihadapannya
"ampun... Bayu... Ampun aku tak sanggup menatapmu, aku tak mau darahku keluar dari mataku..Aku nggak mau ingusku keluar dari mataku, aku tak mau curekku keluar dari mataku, aku tak mau taiku keluar.. Aku benci kamu bayu...Aku muak!!
Mereka enggan melanjutkan kalimatnya karna angin menghembuskan dirinya membuat anak rambut mereka bergerai..
Mereka adalah domba-domba haus yang diperlantarkan si Gembala
Smg,221297

· · Bagikan · Hapus

  • CheeKaa Lintang menyukai ini.
    • A Pan Di cuba kucerna, angin sumber nafas kita, juga bisa menjadi topan membinasakan kita.
      13 September 2009 jam 9:40 ·
    • Pangeran Jingga Wangi Angin bawa badai hantam semua bangunan ratakan dengan tanah
      24 September 2009 jam 6:36 ·
    • Lanang Muria Bkan teori atau cramah! SAVE EART adalah dgn melakukan pnyadaran pd msyarakat btpa pnting Hutan dan ekosistem alam.. Bencana bagi kita adalah ulah kita sndiri, penebangan hutan inti, penambangan liar..Salah siapa? Bila alam mengirim badai
      24 September 2009 jam 6:55 ·
    • Putri Fajarahny Bencana demi bencana datang krn kita trlalu asyik dng dri kita sndiri tak memikirkan keseimbangan alam..
      06 November 2009 jam 13:41 ·

Dari Beberapa Kertas Usang oleh Aloeth Pathi

PAK TUA dan STICK GOLF

Temaram lampu teplok dari gubug reot
Menjadi saksi tangis
Menjadi saksi teriakan histeris
Menjadi saksi suara-suara sumbang yang tak beraturan
Tendangan sepatu aparat mengenai ulu hati
Pukulan pak camat membirukan mata kiri
Tamparan muspika membuat dua gigi rontok
“kamu PKI ya?”
“kamu Subversif !”
“kamu anti pembangunan ?”
Masih terngiang menendang gendang telinga
Segenggam tembakau dari puluhan putung rokok
Lintingan tersulut
Mengepul asap dari mulutnya
Menatap foto tua dan bintang jasa sisa revolusi
***
kenangan terlintas
padi menguning siap di panen
istri setia menunggu digubug
membawa kendi dan bakul nasi
dua anaknya berlari-lari dipematang
menirukan burung alap-alap
melayang dilangit biru
****
Demi pembangunan atas negeri ini
ia rela menjadi badut
mempropagandakan kemakmuran
adil dan merata
stick golf gantikan cangkul
terseok-seok memukul bola
terkapar ia ditanah
nafasnya hampir putus
dari mulutnya keluar dua bola putih
Smg, Agustus 1994



DIKALA DATANG SENJA

Sapu tangan sekat air mengalir di ujung matamu
Rambut memutih
Kerut dahi gambar dari perjalanan
Kian lama kian pasrah
Adakah damai jiwa
Bila sekitarmu tlah mati warna
Kabur
Memudar
Tak usah lagi kau tanya?
Dalam hati yang terdalam
Ayat-ayat Tuhan mengukir dengan indah
Sanggupkah kau redam gemuruh
Derap dibalik pintu
Petikan gitar senandung nestapa
Skj, 30 Mei 1996




KUSUT I

Menyambut musim yang tak lagi pada tempatnya
Meski air mata telah menghapus sebagian debu
Di wajah-wajah mereka
Lesu
Kusut
Yang menceritakan romantisme
Terkadang pikiran-pikiran picik mengumpul
Membuat gumpalan-gumpalan
Yang sangat keras
Sulit untuk dilunakkan
Semakin keras dan kuat
Hingga mendobrak nilai-nilai luhur
Yang pernah terpatri di nurani

Kudus, April 94


NASIB MEREKA YANG TERBUANG

Antar cerita di saku mereka
Tentang apa yang patut mereka tentang
Tertindih karpet Lusuh
Berbau angkuh
Teriak batin ungkapkan rasa penyesalan mereka
Kuras semua pikiran mereka
Lepas semua penderitaan mereka
Ternyata pahit masih lekat pada mereka
Dan..
Ternyata semua telah mati
Karena ketidak tahuan mereka

Mei,1996

KUSUT II

Tumbuh kembang bakung menghias sudut ruang senja itu
terbaring tubuhmu luluhkan batin di keheningan waktu
terlepas benih iba saat menatap garis-garis diwajahmu
tergores pahit luka masa lalu
langkahmu pelan tak setegar dahulu
kini hanya namamu dan sepotong dongeng
dari hari-hari lalumu
***
Bintangmu terasa berat membawa beban hidup
Terbelenggu dalam diam
Tenggelam bersama tumbuhnya tunas baru
Kematian adalah pembebasan
Dimana lingkaran itu mulai pecah?
Entahlah?
Semarang, 22 November 1994



SERDADU TUA


Serdadu tua bungkuk
menerawang langit
Seperti mata panah
Meluncur lembaran-lembaran usang
Ikrar penuhi ruangan kenduri
Pesta anak negeri pertanyakan
Kemerdekaan dibangunkan
untuk kedua kalinya
dari belenggu mimpi menyesatkan
Sebotol arak menepis dahaga
Tawa genit pelacur menempel dibenak

***
Serdadu tua bungkuk
Kepalkan tangan ke atas
Hirup sisa nafas keperkasaan
Kenangan tak meninggalkan kafan
Untuk dilukis kerabatnya
Menelusuri jejak-jejak kaki
Yang Terhapus air hujan
Cermin retak
Wajah Bopeng membuat batik
Catatan-catatan pengkhianatan
dari kegetiran nasib
***
Serdadu Tua menggelinding
Dari atas menuju lembah
Berputar menerjang ilalang
Melindas pohon hingga tumbang
Menghancurkan batu karang
Membelah gunung-gunung
Menguras samudra
Kini tlah lahir fiksi
Dari embrio hidup
Yang mereka puja
Sebagai hikayat ampuh sekelas mantra
Mereka lalai kebenaran
Yang kelak diwariskan

****
Serdadu tua berharap
menatap matahari di atas pelangi
ada cinta ditebarkan mendung
lewat rintik hujan
cinta berhembus dikolong jembatan
menemui anak kecil kelaparan
cinta menyapa aparat dengan bogem mentah
di muka maling kecil
cinta membelai hakim pincang
tersrimpung palu sendiri
cinta berbisik ditelinga ibu tua
“kamu tak secantik dulu”
cinta meniup di tempat pelacuran
bersama desah nakal
cinta masuk dipori-pori anak bangsa
kibarkan sang saka di langit biru
meski tlah kusam dan robek
ada cinta bersama kibasan-kibasanya.
10 November 1994
· · Bagikan · Hapus

    • Adhitia Armitrianto sip tenan mas, fotone juga keren..
      03 Agustus 2009 jam 14:13 ·
    • Aant S. Kawisar kusut II, bait pertama, kiranya sudah cukup...apik, gak usah diteruskan dengan bait kedua, apalagi dengan tanda *** illustrasi foto-fotonya, kalau boleh tahu sumbernya, atau koleksi anda?
      04 Agustus 2009 jam 14:25 ·
    • Muchid Ma'shum good, good......
      05 Agustus 2009 jam 20:19 ·
    • Aku Dan Puisi
      perjuangan itu melelahkan
      kemerdekaan itu melelahkan
      nasionalisme itu melelahkan

      lalu apa gunanya berbangsa
      apa pula gunanya bernegara

      seperti tidak berjawab
      mungkin..hanya untuk hidup bahagia

      untuk semua rangkuman kertas usang
      kisahmu membawa ingatan duka dan kelam
      namun dari sana kita beranjak
      mulai berdiri dan bersiap
      tidak untuk mengulang masa lalu
      tidak untuk menangisi masa kelabu
      tidak untuk bertindak bodoh

      berdiri dan bersiap
      untuk pantang menjadi lelah.
      05 Agustus 2009 jam 21:54 ·
    • Hanna Fransisca Senang dapat menemukan banyak sajak di sini. Btw... sajak lama ya Mas, yang umumnya karya di tahun 1994. Harusnya puisi yang kini(jika masih konsisten menulis puisi) pasti lebih dasyat lagi yo.
      05 September 2009 jam 8:28 ·

CELURIT MERAH oleh Aloeth Pathi pada 23 Juni 2009 jam 18:47

Anak kurus lapar berdiri di perempatan jalan
dengan celurit ditangan kirinya
menunggu Karjo yang telah membeli padi ayahnya dengan harga murah
"apa lagi yg akan dibeli karjo..?"
"bnar sawah kerbau telah hilang dibawa para blantik"
anak kurus lapar di perempatan jalan
dengan celurit di tangan kirinya.
· · Bagikan · Hapus

  • Lanang Muria menyukai ini.
    • Muslichin Hn dendammu kok masih ada?
      24 Juni 2009 jam 10:14 ·
    • Putri Fajarahny Iih Ngerii ah
      31 Juli 2009 jam 17:40 ·
    • Antika Q Ita Emoh moco, medeni tur mendemi
      31 Juli 2009 jam 18:05 ·
    • Adhitia Armitrianto mantab gan, tapi bukan itu solusinya, karena meski karjo yang satu itu mati, bakal tumbuh karjo seribu lagi, sementara, berapa teman anak?
      05 Agustus 2009 jam 14:10 ·

Buat yang Nge-Bom baru booming ya... oleh Aloeth Pathi

Tukul "Puas...Puas wouw...Dasar Wong Deso.."
Gus Pur "begitu aja kok repot.."
Gepeng "Untung..ada saya.."
Basuki "wuush..wuush..Bablas angine.."
Timbul "diimasisapi.." "dikintili.."
Asmuni "muushawaroh untuk muffakaat"
Warkop Prambors "tertawalah sebelum tertawa itu dilarang"
Sersan Prambors "Senyumlah yang serius, cemberutlah dengan santai"
mbok Bariyah "mboo... ambook..."
Pak Ogah "cepek dulu ah.."
mbah Surip "tak gendong kemana-mana"
Bill&Board "madu ditangan kananmu, racun ditangan kirimu" "Aku Anak Singkong"
Gombloh "Tai Kucing Rasa Coklat"
Orkes PMR "Teror rejing..Terejing.. Terejing.."
medio film anak 80 an "Ratapan anak Tiri.."
dan aku pernah ketawa..
Aku coba mengingat-ingat lagi.. Apa yang pernah lewat di benak Indonesiana Humoria
baru kali ini aku melihat pelawak yg property lawakannya ngeri..
Mereka ketawa kegirangan mendengar ledakan "boom" "Blaaiirr"
Aneh...
Apa Si Teroris (si pengebom) memiliki sense of humornya terlalu tinggi?
hingga kami dan bangsa ini bingung menerjemahkan ketawanya..
Aneh..
pada saat semua rakyat berduka bunda pertiwa menangis pilu
mereka ketawa penuh kemenangan..
Mereka itu pelawak genre apa?
Mereka itu badut era apa?
Yaah mereka itu sakit
mata hatinya terluka
tertusuk mata belati
doktrin2 kaku...
Mereka pelawak yang tidak lucu
yang banyak memakan korban
mereka ketawa terbahak-bahak
terpingkal-pingkal
meloncat-loncat
melihat banyak korban berjatuhan
merintih
meronta-ronta.
Aneh...
Mereka itu memiliki selera ketawa yang high class.. Sampai kami bertanya dimana letak kelucuanya..?
Mereka itu Lugu (lucu tur wagu) atau mereka itu sakit jiwa..
Aneh...
Ketawa yang seharusnya tidak ketawa
(semoga mantan2 pelawak yg sekarang ada di senayan mendengar dan membuat perangkat hukum yang lebih tegas bagi pelawak yang nggak lucu mbabar blass ini agar cepat ditangkap..Okre broo..Met bertugas)
· · Bagikan · Hapus

    • Putri Fajarahny Pelawak bkan Teroris atau Teroris bukan Plawak.. Cuma Kdng2 Teroris brprilaku sprti plawak, sdangkan plawak gak brani jd Teroris...hihi ngeri
      25 Juli 2009 jam 10:37 ·
    • LinggaBrata Wastunirwenda Teror dudu dagelan, pelakune sakit jiwa, miskin rasa, papa cinta. Korbannya? Siapa bisa halangi maut? Semoga para korban diterima sesuai ilmu&amalnya.
      25 Juli 2009 jam 13:07 ·
    • Devi Hadi Andriani Sip!
      25 Juli 2009 jam 20:15 ·
    • Abimusa Ashar Sing tukang ngebom masa kecilnya kurang bahagia, masih suka main petasan wkwkwkwk
      31 Juli 2009 jam 17:48 ·
    • Antika Q Ita Bom waa gak lucu lucu batok
      31 Juli 2009 jam 18:03 ·
    • Eddy Morphin Ada satu lagi lelucon yang tidak lucu: (protokoler) DPR lupa menanyikan lagu Idonesia Raya diacara yang teramat penting yakni rapat parpurna (pidato kenegaraan Presden RI) kemarin lusa!
      16 Agustus 2009 jam 12:08 ·
    • Hilda Rosyada Ayu Citrany Lucu banget th ed..
      17 Agustus 2009 jam 2:14 ·

ROMANTIC' POEM'S oleh Aloeth Pathi

BENING AIR MATAMU

Bening Air matamu
Ketika kau melukis
Gambar cinta di pantai
Menunggu sunset
Butir-butir pasir putih
Menulusupkan kaki-kakimu

Bening Air matamu
Ketika kau bersenandung
Lagu cinta di gunung
Menunggu embun
Menetes dari daun
Memilih jalan menghampiri

Bening Air matamu
Ketika kau menulis
Cerita cinta di taman Eden
Adam dan Eva bercumbu
Mengalir seperti sungai Firdaus
Menuju Telaga cinta

Bening Air matamu
Mewariskan bumi
Meluruskan langkah keliru
Diantara jerit Teriakan histeris pengungsi
Gempa, banjir, badai
Mengharap pertolongan
Bening Air matamu
Skj, 30 Mei 2006


MERAH-BIRU LANGITKU

Surya mengintip malu-malu
Dari sela-sela mega
Menebar rona merah
Dilangitku yang biru
Menambah cantik bumiku
Hembusan angin
Membelaiku
Mendekapku
Melambungkanku
Akan karya besar Illahi

Parangtritis yang apik
Sampaikan rinduku
Dipenjuru mata angin
Biarkan aku melayang
Bersama cerita manis
Yang aku impikan
Meski merah-biru langitku
Parangtritis, 190596


KULEMPARKAN RINDUKU
DITENGAH SAMUDRA

Semarak pesta bibir belum usai
memberi kilau merah hati di seluruh batinku
sebagian tersenyum mencibir
menepis kehadiran yang pahit
sebagian lagi tersenyum sinis
menelan mentah rasa iri
ada yang menggigit sebagian bibir
mengembang asa disegala sudut

Bersungut bibirmu yang mungil, wahai mawarku
ada desah dalam kulum bibirmu
menjuntai perasaanku
tertawan secangkir madu dalam basah bibirmu
kecap bibirmu beradu
seiring kecipak air laut senja itu

Hanyut dalam dekapan manis
yang memberi megamahnit
menetralisir kerasnya partikel cinta
satukan senyawa kasih dalam peluk
berpeluh cerita
Rona merah merembang di ufuk barat
pertanda senja mulai usai
desir ombak membuat alunan lembut
yang menusuk kisi-kisi hatiku
ombak kecil bergulung
menerpa mata kakiku
sadarku dari manisnya lamunan
kulempar kerikil di tengah samudra
kulempar rinduku di tengah samudra

Parangtritis,190596


INGINKU... PADAMU

Ingin ku miliki banyak hari
Berdua denganmu
Memandang ombak di lautan
Burung camar terbang
Bermain di derunya
Diam..
Bergandeng tangan di pantai
Melihat sunset.

Ingin ku miliki banyak hari
Berdua denganmu
Berlari..
Bergulung.berdua
Di pasir putih
Genggam tanganku erat
Bersama bisikan indah ditelingamu

Ingin ku miliki banyak hari
Berdua denganmu
Arungi dengan perahu
Bermahkotakan bintang-bintang
Kulukis semua hidup ini
Dengan cinta dan cita

Ingin ku miliki banyak hari
Berdua denganmu

Wdngan,300105


DI JALAN INI...

Hujan di sore
Berlari ..dijalan ini
Gaun putihmu
Ekor rambutmu
Sepatu putihmu
Sekuntum mawar merah
Kuingat semua
Tak kan habis waktuku melamun
Mengenangmu adalah
Kerinduan yang menyakitkan
Bila tiba saatnya
Kesepian menanti

Hujan di sore
Berlari.. dijalan ini
Sebuah kenangan
Terlukis di benak
Gaun putihmu
Ekor rambutmu
Sepatu putihmu
Sekuntum mawar merah
Hujan di sore
Berlari ..dijalan ini

Trotoar Sudirman,040198



UNTUKMU..

Matamu sayu memandang
Rambutmu terurai di hembus angin
Di balik daun pintu
Tanganmu meremas
mainkan ujung bajumu
air matamu menetes
inginku memelukmu
erat di senja itu
di balik daun pintu
kau lambaikan tanganmu
dengan hati yang kecewa

Tolong..
hapuslah air matamu
Tetesan embun dihelai bunga melati
Tertutup rimbun ilalang

Melati indah
Gerimis menyapu kerinduan hati

MENUJU PANTAI CINTA WALAU RINTANGAN MENGHADANG


DARI DIARY SEORANG GADIS

“Tuhan...
maafkan aku
aku lagi khilaf
sirami hatiku
dengan Nur Illahi
kemana lagi kalau bukan padaMu Tuhan”

Jawaban ada di hatimu
Jangan kau buat merintih
Karena kata-katamu
Mengapa tidak ada yang menyapa
Mengapa tidak ada yang meraba
Sekitarmu kering
Menari-nari
Melukis cinta dengan warna semu
Tatanan lembut
Iramanya mendayu-dayu
Hanyut
Terlena pada kerlip lampu kota
Kini bintang mu mulai redup
Tak berpijar lagi
Kau butuh pelita untuk mengantarmu
Pulang

Smg, 190596
· · Bagikan · Hapus

    • Ecis Marecis ciye...cuit..cuit..hayo..mas aloet tu puisi buat sp??
      22 Juni 2009 jam 21:39 ·
    • Aloeth Pathi siapa aja atuh.. ya itu puisi lama buat someone....
      22 Juni 2009 jam 21:56 ·
    • Muslichin Hn buat pacar lamanya ya...konangan..
      24 Juni 2009 jam 10:13 ·
    • Putri Fajarahny Someone....? Andai puisi itu untukku,
      lemaslah
      lunglailah
      iyalah pokokna apik mas top markotop Romance sweetlah
      31 Juli 2009 jam 17:37 ·

MAKAM SANG GURU



Ada seorang Kyai yang mendekati sakaratul maut, karena penyakit komplikasi..gula dan ginjal..sebelum masa ajalnya, ia berwasiat kepada putra sulungnya, agar kelak bila ajal menjemput,
“makamkan aku ditempat yang jauh dari murid2ku, karena aku sangat sayang pada mereka.. aku takut kelak aku dikultuskan dan dikemudian hari pusaraku dikeramatkan, dan dijadikan tempat meminta-minta oleh murid-muridku”
Menjelang matahari tenggelam di ufuk barat. Kyai tersebut meninggal… rame sekali memadati ruangan pondok.. Haris murid yang senior sudah mempersiapkan peralatan kematian dan para penggali kubur pun sudah siap… namun Si Sulung dan kedua adiknya yang memegang amanat tersebut.. menjelaskan kepada murid-muridnya.. agar tidak membututi ketika membawa Jenazah, maka berangkatlah ke empat orang tersebut dengan ambulan menuju ke suatu tempat.. ketiga putra kyai tersebut menggali kuburan buat ayahnya dibantu oleh Haris… setelah pemakaman mereka berempat pulang ke pondokan. Murid-murid yang lainnya merajuk agar diberitahu letak makam gurunya
Dua puluh tahun berikutnya terpetik kabar bahwa makam Kyai itu berganti Nama Ki Gayam Panguripan dan telah menjadi tempat meminta-minta berkah, dan kalau malam dijadikan tempat prostitusi kelas teri (yang hanya pakai gelar tikar), konon katanya setelah melakukan persetubuhan didekat makam tersebut, maka semangat mencari rezekinya bertambah lancar. Maka banyak wanita penjaja cinta memanfatkan tempat tersebut dengan membuka warung remang-remang. Haris menjadi berang.. namun ia teringat amanat gurunya untuk tidak membocorkan tempat pemakamannya, sementara si Sulung dan adiknya yang kedua telah lama meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang… tinggal si bungsu dan Haris yang tahu seluk beluk makam tersebut.

Pihak Pemda juga mendengar kabar kepopuleran makam tersebut dan Pemda tahu, bahwa makam itu bisa menjadi asset, karena banyak yang berkunjung/ziarah ke makam itu, otomatis tingkat penghidupan warga sekitar pun bertambah. Melihat perkembangan itu pihak Pemda pun membangun makam tersebut menjadi obyek wisata, meski ditulisi beberapa peringatan besar-besar agar satu, Jangan meminta pada makam ini tapi meminta lah pada Tuhan, kedua, dilarang berbuat maksiat di sekitar makam. Namun pengumuman itu dianggap angin lalu. Hal ini lah yang membikin Haris semakin jengkel bercampur bingung. Mampukah pegang amanat atau tidak ?. Haris pergi menemui Si bungsu, berdiskusi bagaimana cara mengusir praktek kemaksiatan itu.. tanpa menimbulkan kecurigaan murid-murid yang lain yang masih mencari makam gurunya..
Haris mencoba membikin hantu2 an agar para peziarah takut dan tidak mau ke kuburan tersebut. Namun justru dengan adanya hantu2 bikinan Si Bungsu dan Haris malah menambah yakin bahwa makam itu memiliki kekuatan supra yang tinggi..
Haris semakin bingung, tak kuat melihat makam gurunya dijadikan tempat maksiat, maka ia memberitahukan pada teman-temannya prihal letak makam guru sebenarnya. Maka berbondong-bondonglah murid dan alumnus pondok mendatangi makam tersebut, dan meminta pihak Pemda menertibkan lokasi pemakaman gurunya. Terjadilah konflik perebutan makam antara pihak Pemda dan Yayasan Pondok
Tak lama kemudian Haris meninggal dengan tubuhnya kurus karena dibayangi pengkhianatan terhadap wasiat sang guru. Tinggalah Si bungsu yang masih terdiam membisu dan tetap memegang amanat. Sepeninggal Haris, semakin lama penghormatan terhadap makam tersebut semakin berkurang, karena banyak dipakai prostitusi terselubung beberapa murid menemui si Bungsu menanyakan perihal kebenaran makam tersebut.. Si bungsu dihadapkan pada buah simalakama (gak dimakan ayah mati dimakan ibu mati), mempertahankan amanat ayahnya atau membocorkan amanat tersebut.. karena terus didesak akhirnya Si bungsu bilang pada murid-muridnya bahwa temannya Haris telah berbohong, makam gurunya bukan disitu..kemudian didesak lagi untuk menunjukan letaknya.. namun belum sempat dia berucap dadanya berdetak hebat dan sesak nafasnya.. tak lama kemudian Si Bungsu menghumbuskan nafasnya yang terakhir.
Tinggalah murid-muridnya yang masih bersitegang merebutkan makam dengan pihak Pemda..
Makam Ulama atau Ki Gayam Panguripan telah berubah fungsi dari keramat. Setengah keramat menjadi obyek wisata….dan praktek prostitusi terselubung.
Ketidakpastian letak makam sang guru, lama kelamaan membuat murid-murid semakin berkurang berziarah ke makam tersebut. dan bila ditanya dimana makam gurumu?”
Spontan murid-muridnya bilang
“guru kami belum mati, masih ada dalam hati kami”

Aloeth Pathi, Sekarjalak 2009
· · Bagikan · Hapus

    • Muslichin Hn lumayan berbakat...teruskan anaku kau bisa mnjadi pengarang hebat..
      24 Juni 2009 jam 10:11 ·
    • Arsyad Indradi ha ha ha Pathi aku kagum. Ini tema yang mantap. Penuh perjuangan bathin.Sesungguhnya aku bukan menyanjung,namun kau punya potensi menulis cerpen.Semoga terus mengalir karya2mu. Salam.
      11 Agustus 2009 jam 13:48 ·
    • Abah Yoyok Mengingatkan saya pada ritual setiap malam jum'at kliwon di Gunung Kemukus. Intinya mengkeramat makam. Budaya kita sebenarnya terlalu berlebihan terhadap yang namanya "makam". Karena itu saya lebih setuju dengan kalimat spontan para murid2 itu :
      "guru kami belum mati, masih ada dalam hati kami”
      11 Agustus 2009 jam 13:56 ·
    • Abank Juki setiap orang dapat menjadi guru bagi orang lain. oleh karena itu, betul bahwa guru takkan pernah mati. guru akan selalu ada di hati setiap orang yang merasa pernah mendapat didikannya.
      11 Agustus 2009 jam 18:19 ·
    • Penerbit Kakilangit Kencana Wuih... menarik.
      11 Agustus 2009 jam 19:30 ·