Selasa, 26 April 2011

COFFIE 3 IN ONE oleh Aloeth Pathi II

SIJI

Sarapan Pagi sama Nasi Goreng lek Parti emang cocok ki, apalagi hawanya rada dingin..pas kalau perut dikasih menu pagi yang agak hangat. Apalagi bikinan yu Parti enak ,bumbunya pas, tangan Yu Parti emang sedep.. pokoknya masakan apa saja kalau yang bikinin Yu Parti cocok dengan lidahku.. bukan karna Yu Parti Ayu dan Montok.
Tapi ada sih ibu2 warga sini yang nggak suka kehadiran warung makannya, yah alasannya sama, ada yang bilang Warung Rondo nggak bener, warung maksiat suka ganggu suami orang. Tapi kali ini masakan Nasi gorengnya kok nggak enak
“ Yu, nasimu kok rada pedes, bumbun’e kurang mantep ” protesku ternyata diikuti pelanggan2 yang lain yang juga komplain, ada yang kopinya kemanisen, ada bilang tempe gorengnya hambar kurang garam. Yu Parti diam wae.. sementara di sudut warung Wak ji yang sudah dari tadi pagi, sambil mengepulkan asap dimulutnya didepannya segelas besar air putih. Tumben wak ji nggak ngopi.
“ojo dadi ati mas, ya begitu itu kalau tanggal 2 Mei ya kumat… biarkan wae…nggak usah diprotes..”
“lho kok bisa gitu kenapa?” bikin penasaran, apa hubungan tanggal 2 Mei sama Yu Parti.
“ iki kan nepati geblake suaminya mas Partono Guru Penilik”
“tapi mosok perkoro kuwi Wak… opo omangan saya yang radi nggak kepenak ama Yu Parti yo..”
“ nggak ah coba liat itu Karno Kancil disendor juga to…tapi kan nggak ditanggapi serius ma Karno”
“paling besuk dah baikan lagi kok mas…” meminum Air putih tinggal separuh
****

LORO

Meja dipenuhi dengan setumpuk koran2 bekas ,ada beberapa guntingan koran yang sudah tertempel di kertas folio, aku baca mottonya Belajarlah Sampai ke negeri Cina, Belajar sampai Hayat dikandung badan, kemudian aku balik-balik kliping …temanya tentang pendidikan. Aku baca salah satu artikel tentang Ki Hajar Dewantara, yang terkenal dengan semboyan Ing Ngraso Sung Tulodho, Ing Madya Bangun Karso, Tut Wuri Handayani…semboyan ini sebenarnya sangat relefan..ah apa ya bener para guru biso ngetrapke prilakune Ki Hajar. Tiba-tiba Suroso nyelemong seolah-olah paham apa yang ada di benakku
“ artikel kuwi wis ora pas di jaman sekarang, coba liat wae sing salah pendidikane opo SDM ? Guru kuwi digugu lan ditiru ojo mung dijadikan tambang atau lahan cari duit.. tapi kewajiban moral guru untuk mendidik itu sing perlu…ora mung urunan2 tetek bengek, Study Tour..”
“uwiih mas So… kok sadis temen tho menghakimi, tidak semua guru begitu..itu oknum… masih banyak kok guru seperti Ki Hajar Dewantara, RA Kartini, Dewi Sartika meski banyak juga yang kayak Oemar Bakri…”
“ buktinya aja ada yang mengkomersilkan pendidikan..saiki semboyan diganti wae..Ing Ngarso Sok Kuoso, Ing Madyo Mbangun Tresno, Tut Wuri anggrogoti….pas khan”
“ Owaah…wah.. ora ngono tho kuwi penghakiman yang fatalistik.. banyak guru yang dedikasinya bener dicurahkan untuk pendidikan kok.. terkadang juga tanpa pamrih… lihat guru dipedalaman Irian, Kalimantan mereka bener2 untuk mencerdaskan bangsa walaupun penghidupannya sendiri terkadang memprehatinkan juga…. Emang layak nek menyandang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa…”
****
TELU

Hari ini aku lihat layar TV banyak kekarasan, lempar batu, bakar-bakaran…
Aku baca koran oknum guru hamili siswi
Beberapa pelajar mengkroyok dan tusuk guru..
Mesum di taman pelajar
Kasar..
Sadis…
Konvoi kelulusan, pertarungan antar sekolah…
Hari ini aku lihat ratusan guru bantu berdemo..
Hari ini Guru dipedalaman harus puasa
Hari ini beberapa murid pesta miras
Hari ini ada murid yang sedih karena nggak lulus
HARDIKNAS
Hari Menghardik Nasional

Tapi percayalah…. Di luar Televisi
Masih banyak murid atau siswa yang berakhlak baik
Masih banyak guru yang berbudi mulia
Masih banyak guru mencerdaskan anak bangsa
yang menangisi negeri ini
yang ikut bertanggung jawab atas maju-mundurnya putra-putri negeri


Nb; Dirgahayu Hari Pendidikan Nasional
(Skj, 020510)
****
· · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar