TANGAN-TANGAN MUNGIL
(Noer Lutfi)
Sampai dimanakah kita ini
Jauh..sangat jauh untuk menepi
Pada tangan-tangan mungil
Aku sampaikan salamku
Menangkap kembang dirgahayu
Yang berkurang makna
Penghormatan jasa pejuang
yang sia-sia
kekerasan
penghianatan
pemerkosaan hak
menjadi dominasi hitam dibenakmu
warna pelangi memudar
kau biarkan hatimu berkecamuk
Sampai dimanakah kita ini
Jauh..sangat jauh untuk menepi
Pada tangan-tangan mungil
Aku sampaikan salamku
Biarkan mereka melukis hari esok
Dengan warna-warna yang mereka sukai
Aku berharap
Kebencian bukan milik mereka
Dendam bukan rasa mereka
Kedengkian bukan sifat mereka
Bukan perbedaan yang dibanggakan
Tapi keanggunan rasa mengerti
Bukan orasi yang meracuni
Tapi pencapaian nurani untuk saling menghargai
Biarkan mereka merapat senandung negeri
Biarkan mereka berjanji padamu negeri
Sampai dimanakah kita ini
Jauh..sangat jauh untuk menepi
Pada tangan-tangan mungil
Aku sampaikan salamku
Trilyunan hasil bumi menguap
Terbawa angin perubahan
Mengenyangkan segelintir
Bukti rakyat ini makmur
Bukan..bukan itu ukuran negeri
Itu kalkulasi dari rincian otak kotor
Menyulap kusam menjadi kemilau
Yang memilaukan
Membuat mata kita perih
Sakit..
Sampai dimanakah kita ini
Jauh..sangat jauh untuk menepi
Pada tangan-tangan mungil
Aku sampaikan salamku
Smg, 180801
DARI SEBUAH DONGENG
(Noer Lutfi)
“ Tak..lelo..lelo..lelole gung
putraku sing bagus dewe
mbesuk gade dadi o wong guno
mbangun negoro tujuan mulyo”
masih terdengar irama gending dalam mimpiku
masih tercium wangi bau tanahku
masih bertalu lesung padi ibuku
Diberanda sore menunggu purnama
Bapakku bertutur
Syair-syair
Legenda-legenda
Hikayat-hikayat
Cerita panji
bersama kita menembangkan “Padang Bulan”
kidung yang pernah menjaga malam
dari ancaman Bebendu
murkanya Bethoro Kolo
bersama kita pernah menghitung pagi
terik matahari diufuk timur
kicauan burung
gemercik air dari pancuran bambo
sekarang…
pupukku dirampok ditengah jalan
tengkulak merampas padiku
bandit berdasi merebut sejengkal tanahku
Hutanku gundul
Polusi Udaraku
Sungaiku tercemar
pejuang-pejuang kafir
menakar dan menimbang jasa
sebagai jaminan mengelak tudingan
“mereka berjuang atas nama rakyat”
Bohong!!
Pendusta!!
Penipu!!
Kembalikan surgaku yang kau curi
Kembalikan alamku seperti dulu
Disini bukan arena debat persoalkan salah siapa?
Disini tempat kami
Kami butuh bukti nyata bukan janji
April 1994
(Noer Lutfi)
Sampai dimanakah kita ini
Jauh..sangat jauh untuk menepi
Pada tangan-tangan mungil
Aku sampaikan salamku
Menangkap kembang dirgahayu
Yang berkurang makna
Penghormatan jasa pejuang
yang sia-sia
kekerasan
penghianatan
pemerkosaan hak
menjadi dominasi hitam dibenakmu
warna pelangi memudar
kau biarkan hatimu berkecamuk
Sampai dimanakah kita ini
Jauh..sangat jauh untuk menepi
Pada tangan-tangan mungil
Aku sampaikan salamku
Biarkan mereka melukis hari esok
Dengan warna-warna yang mereka sukai
Aku berharap
Kebencian bukan milik mereka
Dendam bukan rasa mereka
Kedengkian bukan sifat mereka
Bukan perbedaan yang dibanggakan
Tapi keanggunan rasa mengerti
Bukan orasi yang meracuni
Tapi pencapaian nurani untuk saling menghargai
Biarkan mereka merapat senandung negeri
Biarkan mereka berjanji padamu negeri
Sampai dimanakah kita ini
Jauh..sangat jauh untuk menepi
Pada tangan-tangan mungil
Aku sampaikan salamku
Trilyunan hasil bumi menguap
Terbawa angin perubahan
Mengenyangkan segelintir
Bukti rakyat ini makmur
Bukan..bukan itu ukuran negeri
Itu kalkulasi dari rincian otak kotor
Menyulap kusam menjadi kemilau
Yang memilaukan
Membuat mata kita perih
Sakit..
Sampai dimanakah kita ini
Jauh..sangat jauh untuk menepi
Pada tangan-tangan mungil
Aku sampaikan salamku
Smg, 180801
DARI SEBUAH DONGENG
(Noer Lutfi)
“ Tak..lelo..lelo..lelole gung
putraku sing bagus dewe
mbesuk gade dadi o wong guno
mbangun negoro tujuan mulyo”
masih terdengar irama gending dalam mimpiku
masih tercium wangi bau tanahku
masih bertalu lesung padi ibuku
Diberanda sore menunggu purnama
Bapakku bertutur
Syair-syair
Legenda-legenda
Hikayat-hikayat
Cerita panji
bersama kita menembangkan “Padang Bulan”
kidung yang pernah menjaga malam
dari ancaman Bebendu
murkanya Bethoro Kolo
bersama kita pernah menghitung pagi
terik matahari diufuk timur
kicauan burung
gemercik air dari pancuran bambo
sekarang…
pupukku dirampok ditengah jalan
tengkulak merampas padiku
bandit berdasi merebut sejengkal tanahku
Hutanku gundul
Polusi Udaraku
Sungaiku tercemar
pejuang-pejuang kafir
menakar dan menimbang jasa
sebagai jaminan mengelak tudingan
“mereka berjuang atas nama rakyat”
Bohong!!
Pendusta!!
Penipu!!
Kembalikan surgaku yang kau curi
Kembalikan alamku seperti dulu
Disini bukan arena debat persoalkan salah siapa?
Disini tempat kami
Kami butuh bukti nyata bukan janji
April 1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar