Selasa, 26 April 2011

Don't Cry Baby oleh Aloeth Pathi II pada 16 Januari 2010 jam 16:03

TANGAN-TANGAN MUNGIL

(Noer Lutfi)

Sampai dimanakah kita ini

Jauh..sangat jauh untuk menepi

Pada tangan-tangan mungil

Aku sampaikan salamku

Menangkap kembang dirgahayu

Yang berkurang makna

Penghormatan jasa pejuang

yang sia-sia

kekerasan

penghianatan

pemerkosaan hak

menjadi dominasi hitam dibenakmu

warna pelangi memudar

kau biarkan hatimu berkecamuk

Sampai dimanakah kita ini

Jauh..sangat jauh untuk menepi

Pada tangan-tangan mungil

Aku sampaikan salamku

Biarkan mereka melukis hari esok

Dengan warna-warna yang mereka sukai

Aku berharap

Kebencian bukan milik mereka

Dendam bukan rasa mereka

Kedengkian bukan sifat mereka

Bukan perbedaan yang dibanggakan

Tapi keanggunan rasa mengerti

Bukan orasi yang meracuni

Tapi pencapaian nurani untuk saling menghargai

Biarkan mereka merapat senandung negeri

Biarkan mereka berjanji padamu negeri

Sampai dimanakah kita ini

Jauh..sangat jauh untuk menepi

Pada tangan-tangan mungil

Aku sampaikan salamku

Trilyunan hasil bumi menguap

Terbawa angin perubahan

Mengenyangkan segelintir

Bukti rakyat ini makmur

Bukan..bukan itu ukuran negeri

Itu kalkulasi dari rincian otak kotor

Menyulap kusam menjadi kemilau

Yang memilaukan

Membuat mata kita perih

Sakit..

Sampai dimanakah kita ini

Jauh..sangat jauh untuk menepi

Pada tangan-tangan mungil

Aku sampaikan salamku

Smg, 180801


DARI SEBUAH DONGENG

(Noer Lutfi)

“ Tak..lelo..lelo..lelole gung

putraku sing bagus dewe

mbesuk gade dadi o wong guno

mbangun negoro tujuan mulyo”

masih terdengar irama gending dalam mimpiku

masih tercium wangi bau tanahku

masih bertalu lesung padi ibuku

Diberanda sore menunggu purnama

Bapakku bertutur

Syair-syair

Legenda-legenda

Hikayat-hikayat

Cerita panji

bersama kita menembangkan “Padang Bulan”

kidung yang pernah menjaga malam

dari ancaman Bebendu

murkanya Bethoro Kolo

bersama kita pernah menghitung pagi

terik matahari diufuk timur

kicauan burung

gemercik air dari pancuran bambo

sekarang…

pupukku dirampok ditengah jalan

tengkulak merampas padiku

bandit berdasi merebut sejengkal tanahku

Hutanku gundul

Polusi Udaraku

Sungaiku tercemar

pejuang-pejuang kafir

menakar dan menimbang jasa

sebagai jaminan mengelak tudingan

“mereka berjuang atas nama rakyat”

Bohong!!

Pendusta!!

Penipu!!

Kembalikan surgaku yang kau curi

Kembalikan alamku seperti dulu

Disini bukan arena debat persoalkan salah siapa?

Disini tempat kami

Kami butuh bukti nyata bukan janji

April 1994


· · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar