Senin, 25 April 2011

GENERASI MUDA SEBAGAI PILAR PERUBAHAN “AGENT OF CHANGE” (Tinjauan Politica Historis) By. Aloeth

           Pemuda merupakan komponen penting dalam mengadakan perubahan, atau bahkan lebih jauh lagi, sebagai generasi harus mengadakan pendekatan dengan apa yang pernah dilakukan generasi sebelumnya. Perbedaan antara generasi Tua (lama) dan generasi muda (baru) bisa rawan terjadinya konflik sosial, budaya, politik karena kurangya integrasi dan saling ketergantungan diantara keduanya. Generasi tua lebih bertahan dengan budaya dan interaksi sosial politik model lama, lamban (moderat). Sedangkan yang muda ingin memberi warna baru dan memiliki kecenderungan progresif, asal beda dengan generasi sebelumnya. Yang dijadikan parameter antar Generasi adalah faktor umur, kharisma (figur Tokoh), pencapaian peradaban / kehancuran masa, Perkembangan di bidang Iptek, Sosial, budaya, politik, keamanan.

Perbedaan generasi merupakan a transitory phenomenon dan akan selalu berubah, berganti karena itu bersifat sementara. Kesementaraan permanen, senantiasa diisi dengan peremajaan generasi terus menerus, susul menyusul tak berpenghabisan. Untuk melihat perubahan generasi dan berapa intensitasnya. Analisa Hutington, Life Cycle atau Maturation Approach, bila generasi menjadi tua, maka mereka akan meniru jejak atau melakukan sesuatu persis yang dilakukan generasi sebelumnya. Pandangan ini akan terjadi di masyarakat stabil, sehingga tidak terjadi perubahan karena minimnya konflik. The Interaction Theory, bisa terjadi bila generasi tua mempersiapkan alih generasi dengan menjembatani keinginan antara generasi tua dan muda. Perbedaan antar generasi akibat dari urutan waktu (the Product of Sequnce ), ada perubahan, dan sedikit konflik. The Experental Theory, faktor yang menentukan pembentukan generasi adalah Experience of an age cohort, point penilaian pada suatu generasi tertentu (umurnya) yang sedang berada pada the most formatif age.

Generasi tua dalam prosesnya telah melahirkan sebuah generasi muda yang merupakan akibat dari keberadaan generasinya, konsep generasi mau dimasukan kedalam analisa politik maka secara implisit ada anggapan tentang pembentukan sikap politik serta keyakinan politik. Generasi menurut Marvin ritala adalah sekelompok individu yang mengalami the same basic historical experience selama tahun-tahun formatifnya. Generasi semacam itu akan sulit berhubungan dengan generasi sebelumnya dan generasi sesudahnya.

Pada masa penjajahan Belanda, banyak pribumi loyal dengan Pemerintahan Belanda, karena mereka generasi di jaman, yang mana dunia belum berkobar api pergerakan, masih tercengkram kolonialis-imprealis. Sehingga generasi tersebut dalam kelangsungan hidup harus menghamba dengan penjajah dan mempertahankan status kepangkatan, keningratan, strata/kelas buatan Belanda. Bila melawan arus akan mengalami kehancuran, karena belum adanya cita-cita bersama. Generasi tersebut di awal pergerakan mendapat pertentangan hebat dari tokoh-tokoh muda seperti Tan malaka, Sukarno, Suwardi, H. Agus Salim.

Generasi tua menganggap Generasi muda sebagai generasi grusunan (kurang sabaran). Namun generasi muda memandang generasi sebelumnya adalah model lama (kuno), kurang dinamis dan kurang mampu beradaptasi dengan jaman. Konggres Pemuda 1928 yang dihadiri beberapa kelompok pemuda seperti Jong Celebes, Jong Java (Tri Koro Dharmo), Jong Sumatera dan lain-lain, telah melahirkan “Sumpah Pemuda”. Mereka bertekad menyatukan visi perjuangan, dari unsur kedaerahan (Primodialis) berubah menjadi cita-cita nasionalis, menentang feodalisme dan strata/kelas yang berlaku.

Dari masa ke masa selalu terjadi Pertentangan (Contradiksi) antar generasi. Peristiwa penculikan Sukarno di Rengasdengklok merupakan perseteruan antara dua generasi. golongan Muda di motori Sukarni, Adam Malik menginginkan percepatan kemerdekaan Indonesia. sedangkan golongan tua menunggu perkembangan dunia dan masih terikat perjanjian dengan Jepang, Perbedaan pandangan antara generasi tua dan generasi muda diliputi saling curiga dan kurang kepercayaan antar generasi, kekuatiran bila salah satu mendominasi hingga membatasi atau menghancurkan generasi satunya, seperti kasus perseteruan di tubuh BKR antara tentara eks KNIL (Belanda) dan eks PETA (Jepang) yang sama-sama menginginkan jadi pimpinan militer.

Masalah Generasi muda pada umumnya ditandai oleh dua ciri berlawanan, yakni keinginan-keinginan untuk melawan (radikalisme, delinkwensi) dan sikap apatis (penyesuaian membabi buta terhadap ukuran moral generasi tua). Di Jaman Demokrasi terpimpin banyak pemuda pro Sukarno mendukung revolusi anti Nekolim (Neo Kolonialis-Imprialis), sejalan program pemerintah pada waktu itu. Sedangkan Generasi muda tergabung dalam KAMI, menginginkan pengunduran diri Presiden Sukarno yang dianggap menyimpang konstitusi. Mereka menamakan diri “Parlemen Jalanan”, menyuarakan Tiga Tuntutan Rakyat (TRITURA), Gerakan ini di beck up pihak militer (pada saat itu TNI berseteru dengan PKI), Mereka juga membedakan dua generasi dengan memberi label Pemerintahan Era Sukarno Adalah ORLA (Orde Lama) sedangkan pemerintahan Suharto sebagai ORBA (Orde Baru).

Dengan berlalunya waktu generasi muda yang dulu progresif, yang telah berhasil menurunkan Sukarno, sekarang telah berubah menjadi Generasi tua/lama. generasi ini berusaha mempertahankan kekuasaan ( status quo ), Mereka tak mau bila eksistensi dan produk-produk jamannya diruntuhkan generasi berikutnya. Mereka juga sangsi dengan gerakan pemuda yang sering mengkritisi kinerja pemerintah. Maka pemerintah mengantisipasi dengan membentuk KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) sebagai wadah tunggal, untuk menyatukan organisasi-organisasi kepemudaan, organisasi ini dijadikan alat kontrol pemerintah untuk meredam gerakan pemuda. Mereka tidak menyadari bahwa ukurannya bukan lagi segi usia akan tetapi berdasarkan kemampuan. Persoalannya adalah generasi muda tidak diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya, setidaknya demikianlah pendapat mereka untuk membela diri bila ada yang mengkritik eksistensi generasinya. Munculnya gerakan mahasiswa 1998 merupakan akumulasi dari proses pergerakan, yang telah lama berlangsung dari mulai Gerakan pemuda angkatan 70-an, angkatan 80-an yang selalu gagal berdialog dengan pemerintah. DPR/MPR yang diharapkan sebagai balance of control atas kebijakan-kebijakan eksekutif telah mandul. Maka para Pemuda, elemen-elemen mahasiswa (GMNI, HMI, PRMK, PMII, SMID) yang bergabung dalam KAMMI, FORKOT, FORBES mencoba berperan kembali sebagai agent of change. Mereka turun ke jalan, menyerukan Reformasi, Sepuluh Tuntutan Rakyat (SEPULTURA).

Hampir satu dekade era Reformasi, telah terjadi Peralihan kekuasaan negeri yang terus silih berganti mulai dari Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati sampai Susilo Bambang Yudoyono, namun kiprah Generasi mudanya belum banyak membawa angin perubahan, menuju yang lebih baik. Di masa transisi ini Generasi muda seakan terjepit diantara cita-cita lama dengan harapan-harapan baru. Setiap generasi memiliki keputusan yang harus diambil sebagai sikap untuk merubah atau bertahan, namun disertai dengan tanggung jawab menyelamatkan satu generasi dari kemandekan (statis). Yang menjadi pertanyaan, Angkatan 98 yang telah berhasil menumbangkan Generasi Suharto sekarang kemana? Merapat ke pemerintahan seperti yang terjadi pada eksponen 66 ataukah masih bergerak di jalanan? Generasi reformasi masih dalam proses perjalanan, terjebak di dalam masa transisi, masih berada pada Generasi “?”.
· · Bagikan · Hapus
    • A Tatta Putra Aloet Pathi:
      Apreasiasi saya atas "GENERASI MUDA SEBAGAI PILAR PERUBAHAN “AGENT OF CHANGE” (Tinjauan Politica Historis) Baik - Baik Sekali.
      ....@ Dipersiapkan dengan baik "susul menyusul tak berpenghabisan"
      ....@ Data-data juga dipersiapkan Sangat Baik "Generasi reformasi masih dalam proses perjalanan"
      Terima kasih Sahabat.
      27 Oktober 2009 jam 0:26 ·
    • A Pan Di jadi ingat kata lincoln, "be sure you put your feet in the right place, then stand firm."
      27 Oktober 2009 jam 4:09 ·
    • Abah Yoyok
      Sederhana saja, mas Aloeth.
      Yang saya liat sekarang ini Orang Muda nggak kompak. Sebagai "agen perubahan" mereka bergerak sendiri-sendiri. isyu-isyu yang diperjuangkan pun parsial, primordial dan kesannya emosional. Coba deh kalo misalnya se...mua kompak mengangkat "isue sistem off sourching" yang sebenarnya adalah sistem jahiliyah "jual beli budak/buruh". Kita demo rame-rame secara nasional sampai tuntutan untuk menghilangkan sistem jahiliyah tersebut diperhatikan, masak sih nggak ada hasilnya. Ini sekedar ilustrasi saja. Yang intinya saya ingin bilang bahwa "jiwa nasionalisme" orang muda sekarang ini tipis. pola pikirnya "lokal", tidak "nasional". gejala ini terlihat sejak kita gembar gembor tentang reformasi yang kemudian disambung dengan "otonomi" yang dampaknya justru menimbulkan semacam "raja-raja kecil" di daerah.
      Salam.
      Lihat Selengkapnya
      27 Oktober 2009 jam 10:55 ·
    • Ellang Jaladara Gemana mo ada perubahan? Ketika msh mahasiswa mereka paling vokal menyuarakan apa aja. Begitu mereka lulus dan duduk di dewan mereka cuma membisu...
      27 Oktober 2009 jam 12:26 ·
    • Gesang Pambudi
      Sejarah perjuangan politik indonesia, dr zaman sebelum perang menunjukkan bahwa kaum mudalah yg senantiasa jd pelopor, jd ujung tombak, sparehead dr gerakan2 pembaharuan d indonesia.
      Kaum muda trdiri dr pelajar & mahasiswa, pemuda & intelekt...ual.
      Saya setuju dgn abah yoyok, setelah reformasi & brhsl menumbangkan rezim ORBA para pemuda & mahasiswa hny melakukan gerakan2 yg brsifat lokal, se akan2 mereka merasa puas & perjuangan tlh selesai.
      Padahal mereka msh d butuhkan untuk menegakkan demokrasi, HAM, hukum, supremasi sipil & caracter building d republik tercinta ini.
      Terutama menjadi oposisi dr parlemen yg hny menjadi alat untuk menyejahterakan diri para politisi & partai bkn untuk menyejahterakan rakyat.
      Ayo para pemuda "BANGKITLAH!!"
      harus ada percikan2 dr kalian yg membangkitkan semangat rakyat, kemauan untuk mengubah keadaan.
      Kalianlah yg hrs menjadi sparehead!
      Kaum muda,mahasiswa, cendekiawan tdk blh diam menunggu.
      Mereka yg memulai!
      Mereka yg memelopori.
      Lihat Selengkapnya
      27 Oktober 2009 jam 12:48 ·
    • Iman Suligi Generasi Muda yang visioner dan arif jumlahnya banyak, saya kira.
      27 Oktober 2009 jam 19:28 ·

1 komentar:

  1. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus